Saturday, 1 July 2017

Pengalaman Terbang Menggunakan Maskapai Turkish Airlines (part-2)



Bulan Mei lalu, saya berkesempatan untuk berangkat Umrah menggunakan Turkish Airlines dengan rute Jakarta – (transit) Istanbul – Madinah untuk keberangkatannya dan Jeddah – Istanbul (tour) – Jakarta untuk kepulangannya. Pada posting kali ini saya mau share pengalaman naik Turkish Airlines part 2, walaupun tidak bisa compare ke maskapai Eropa lainnya karena belum pernah mencoba.

Istanbul – Madinah Flight TK108

Setelah mengalami drama Turki di bandara Attaturk ini (akan saya ceritakan di posting lainnya), jam 10.30 kami bersiap boarding di gate 501. Dan kembali kami menggunakan bis dari gate 501 menuju pesawat yang akan membawa kami ke Madinah. Sekilas pandang pesawat ini sedikit lebih kecil dari yang membawa kami sebelumnya, namun sayangnya saya tidak mengenal berbagai tipe pesawat. Formasi seat-nya 2-4-2, yaitu dua seat di bari kanan, empat seat di baris tengah dan dua seat di baris kiri. Kali ini saya mendapat window seat, sehingga bisa puas melihat pemandangan di luar pesawat. 

Pesawat take-off sesuai schedule, dan baru kami sadari ternyata kali ini tidak disediakan bantal dan selimut, hanya earphone disposable untuk di sambungkan dengan perangkat hiburan. Mungkin karena perjalanan jarak pendek sekitar 3,5 jam ya, tapi menurut saya kursi di pesawat ini sedikit lebih luas, sehingga lebih nyaman. Tak lama kemudian cabin crew mulai berkeliling membagikan amenities (wow!!) dan ternyata isinya perlengkapan penunjang ibadah umroh, yaitu tas pinggang, sajadah antislip, kauskaki, tasbih digital dan kantong serut gemblok untuk sepatu/sandal. Tentu saja pikir saya, pesawat ini tujuannya Tanah Suci Madinah, maka 99% penumpangnya pastilah jama’ah Umra/Hajj. 

Amenities TK108


Pada saat amenities dibagikan, samar–samar tercium bau familiar… yaitu oven-fresh bread, tandanya makan siang akan segera disajikan. Langsung saja, perasaan exciting karena amenities, berubah menjadi perasaan lapar terutama karena kami melewatkan camilan di bandara akibat drama yang terjadi hahaha. Dan benar saja, troli makanan mulai di bawa oleh cabin crew yang menawarkan dua pilihan main course

Pasta : Penne carbonara with mushroom
Chicken : nasi dan ayam panggang
Side dish : Salad zaitun with olive-lemon dressing, Oven-fresh bread with butter, dan Choco mousse for desserts (delicious!!!)
Drinks (choices) : Juices, Soft drinks, coffee, milk, tea, and water

Saya pilih menu pasta carbonara dan rasanya enaaaak pake banget, as I mentioned before, apapun menu utamanya side dish dan dessert selalu sama hahaha…  Setelah kenyang, saya memilih bersantai menikmati hiburan yang disediakan. Menurut pendapat pribadi saya, pesawat ini lebih nyaman serta perangkat hiburannya lebih bagus dan keren dibandingkan pesawat yang kami gunakan dari Jakarta ke Istanbul. Tak lama kemudian, para cabin crew mengumpulkan bekas nampan makanan sambil membagikan air mineral. 

Karena penerbangan ini siang hari, setelah menikmati santap siang, sebagian besar penumpang memilih menikmati perangkat hiburan yang disediakan daripada tertidur. Begitu pula saya, sambil bermain game, menonton film dan menonton live camera pesawat sambil sesekali melihat ke jendela tak sabar untuk tiba di Madinah. Kira – kira 30 menit menuju waktu pendaratan, hamparan daratan sudah mulai terlihat dari jendela pesawat. Semakin dekat dengan waktu pendaratan, semakin jelas pula pemandangan dan bentuk permukaan daratan yang dituju.

Ketika waktu menunjukan 20 menit menuju mendarat, saya melihat dibawah sana pemandangan agak buram, seperti tersaput awan kelabu hehehe… Ah mungkin angin kencang sehingga mirip badai pasir kali ya, begitu pikir saya. Dan ternyata benar saja, ketika pesawat mulai menurunkan ketinggian dan waktu mundur menunjukkan 13 menit lagi mendarat, namun tiba-tiba pesawat menaik ke atas secara cepat. Ketinggian pesawat bertambah dan waktu mundur kembali ke 20 menit menuju mendarat, nampaknya cuaca buruk membuat pilot memutuskan untuk berputar-putar kembali diatas. 

Tak lama, pesawat kembali mengambil ancang-ancang mendarat dengan menurunkan ketinggian, angin kencang membuat pesawat bergetar kencang, naik turun mendadak secara cepat dan membuat hati ini bergetar takut. Ya takut hal buruk terjadi… Pesawat tetap melaju turun, hingga waktu mundur memperlihatkan 1 menit menuju mendarat, tiba-tiba pesawat kembali menanjak tajam keatas. Ya kembali lagi, pilot memutuskan untuk menunda pendaratan, ketinggian pesawat bertambah dan waktu mundur kembali menjadi 17 menit menuju pendaratan. 

Sebagian besar penumpang mulai gelisah, wajah-wajah pucat mulai tampak, anak-anak mulai menangis dan sebagian lagi terdiam sambil memantau live camera pesawat. Mungkin para penumpang serta crew pesawat masing-masing berdoa di dalam hati untuk keselamatan kami semua hingga mendarat. LILLAHI TA’ALA pikir saya, kami semua niat datang untuk beribadah, jika kami harus dipanggil oleh ALLAH SWT di tanah suci Madinah ini maka itu yang terbaik (apalagi dapat wafat dan dimakamkan di kota dimana RASULALLAH SAW juga dimakamkan). 

Kembali pesawat mulai menurunkan ketinggian, tak lama setelah berputar-putar diatas, ancang-ancang mendarat mulai terasa. Getaran pesawat, suara gemuruh dan naik turun akibat turbulensi semakin terasa lebih kencang dari sebelumnya. Tekanan udara mulai menurun, dan kadar oksigen rasanya juga menurun. Suara – suara panik penumpang, bunyi orang-orang yang bersendawa dan muntah dan bau muntah rasanya berjalan sangat lama, seperti slow motion rasanya di menit – menit menuju pendaratan. ALHAMDULILLAHIROBBIL’ALAMIIN kami dapat mendarat dengan selamat, walau proses pendaratannya berlangsung dengan guncangan keras dan tidak mulus, tapi kami selamat. 

Segera setelah pesawat parkir di bandara Madinah, semua penumpang tampaknya sangat ingin bergegas turun dan meninggalkan pengalaman tidak enak tadi ketika mendarat. Selain itu udara didalam pesawat yang bau muntah, juga mungkin membuat penumpang tidak tahan. Dari cerita teman dan keluarga dalam rombongan kami, ternyata begitu banyak orang yang muntah tadi saat proses mendarat karena tidak tahan dengan guncangan-guncangan, bahkan beberapa cabin crew juga ternyata muntah di kursi mereka di bagian belakang pesawat. Memang ketika berjalan meninggalkan pesawat, di beberapa kursi nampak beberapa bekas muntahan orang yang sepertinya tidak sempat membuka kantung/plastik untuk wadah muntah. 

Dapat dibayangkan bukan betapa buruknya cuaca yang harus kami lewati pada saat akan mendarat. Cabin crew-nya saja muntah, bahkan tour leader kami yang memiliki jam terbang tinggi pun mengatakan ini penerbangan dengan cuaca terburuk yang pernah dialaminya. Apapun itu saya bersyukur kami bisa tiba dengan selamat dan berpikir bahwa untuk menjadi tamu di tanah suci memang butuh perjuangan, serta cobaan ini merupakan bagian dari hal tersebut.